PPT (Perpustakaan Perguruan Tinggi)



MAKALAH
PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGI


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Manajemen Perpustakaan

Dosen Pengampu : Bp. Haryanto

Disusun Oleh :

1.      Zedda Hammi                             (1102410002)
2.      Baskoro                                       (1102410003)
3.      Rita Kurniawati                           (1102410004)


KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Perpustakaan merupakan salah satu pusat sumber belajar. Pada setiap jenjang dan jenis pendidikan pada umumnya memiliki perpustakaan. Pada zaman dahulu, perpustakaan merupakan jantung dari suatu lembaga pendidikan. Dimana pendidik dan peserta didik dapat menggali pengetahuan dan wawasan secara mendalam di perpustakaan. Tanpa adanya perpustakaan, maka pendidikan tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perpustakaan kini bukan lagi menjadi satu-satunya pusat sumber belajar. Akan tetapi, perpustakaan merupakan salah satu pusat sumber belajar. Hal ini terjadi karena sumber belajar dapat dicari melalui berbagai sumber, seperti media cetak, media massa, internet, dan sebagainya.
Pada dasarnya, perpustakaan didirikan untuk menunjang proses pembelajaran di suatu satuan pendidikan tertentu. Pada perpustakaan tingkat SD, SMP, SMA, SMK, maupun Perguruan Tinggi memiliki peran tersendiri yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan, visi, misi, dan peran serta dari perpustakaan tersebut.  Oleh karena itu, pada setiap perguruan tinggi pun juga memiliki visi, misi, tujuan, dan peran serta tersendiri.

B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu sebagai berikut:
1.      Apa definisi dari Perpustakaan Perguruan Tinggi?
2.      Bagaimana tujuan dari Perpustakaan Perguruan Tinggi?
3.      Bagaimana tugas dari Perpustakaan Perguruan Tinggi?
4.      Apakah fungsi dari Perpustakaan Perguruan Tinggi?
5.      Apa saja yang termasuk dalam unsur-unsur dari Perpustakaan Perguruan Tinggi?

C.      Tujuan
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun pembaca. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa maupun mahasiswi mengenai beberapa hal yang terkait dengan Perpustakaan Perguruan Tinggi yang dimulai dari tujuan, tugas, fungsi, serta unsur-unsur dalam penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

PErpustakaan Digital



PERPUSTAKAAN DIGITAL


Makalah,
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Perpustakaan
Dosen Pengampu : Drs. Haryanto




Oleh
Bayu Efka Leigraha Noor     1102410017
Jaisar Isnan                            1102410018
Resmitha Nindya Viantari    1102410019
Aji Purnomo                         1102410020
Abdul Hamid                        1102410023
Nur Aeni                               1102410024


 KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012

1.       PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Digital Library bisa dilihat dari berbagai disiplin ilmu (multi dimensi) secara komprehensif menuju pada a knowledge society. Knowledge society adalah salah satu pondasi dasar bagi perkembangan suatu bangsa dan negara, dimana digital library adalah salah satu instrumen untuk pertukaran pengetahuan atau informasi di suatu negara dan bangsa, antar negara/bangsa. Knowledge Society sangat berbeda dengan masyarakat industri (knowledge economy) yang bertujuan merubah masyarakat dari pemenuhan kebutuhan dasar “ the basic need of all round development to empowerment”.
Knowledge Society ada dua komponen driven by societal transformation and wealth generation seperti : pendidikan, kesehatan, pertanian dan pemerintahan akan melahirkan generasi dengan produktivitas tinggi. Knowledge Management adalah suatu proses yang secara sistematis dari finding, selecting, organizing, distilling, and presenting informasi, untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman secara komprehensif pada area yang spesifik. Specific Knowledge Management aktivitas terdiri dari bagaimana mengorganisasikan acquiring, storing, utilizing knowledge for problem solving, dynamic learning, strategic planning and decision making.
Knowledge Creation ada dua yaitu : explicit dan tacit knowledge, explicit knowledge seperti: buku, proseding, makalah/artikel, presentasi, notulen, catatan harian,dsb, sedangkan tacit knowledge terdapat di masing-masing orang, sehingga perlu suatu cara yang secara sistematis diamati, ditangkap atau mengamati/menangkap data/informasi dari setiap individu dalam suatu organisasi yang ada untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh suatu organisasi, sehingga perlu suatu mekanisme yang sistematis untuk menangkap pengetahuan individu/perorangan, sedangkan Digital Library sebagai komponen penting untuk menangkap explicit knowledge. Sehingga perlu diperkuat Knowledge Management Grid dan the Central Digital Library Data Center yang dilengkapi dengan the Comprehensive Virtual Digital Library dan Knowledge Management System ke dalam suatu organisasi yang terhubung dengan Internet.

1.2    Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana definisi, peran, sejarah, dan perkembangan perpustakaan digital.
1.3    Tujuan
Pembaca diharapkan mengetahui definisi, peran, sejarah, dan perkembangan perpustakaan digital.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Visi dan Misi Ditjen Mandikdasmen

Ditjen Mandikdasmen
    Pembinaan kurikulum menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi proses pendidikan di suatu negara. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembinaan kurikulum merupakan upaya atau usaha yang perlu dilakukan agar kurikulum dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pembinaan kurikulum dilakukan dari tingkat pusat ke tingkat Dinas Provinsi, dilanjutkan ke tingkat Dinas Kabupaten, berlanjut ke Dinas Kota, dan berakhir di tingkat sekolah-sekolah. Adapun salah satu organisasi yang ikut serta dalam pembinaan kurikulum yaitu Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Mandikdasmen). Dalam menjalankan tugasnya, Ditjen Mandikdasmen memiliki visi dan misi, yaitu sebagai berikut:
1.    Visi Ditjen Mandikdasmen
Visi Ditjen Mandikdasmen dirumuskan, yaitu sebagai berikut:
 “Mewujudkan pendidikan bermutu untuk kehidupan yang cerdas atas dasar kepribadian dan akhlak mulia bagi seluruh anak bangsa”.
2.    Misi Ditjen Mandikdasmen
Misi Ditjen Mandikdasmen adalah:
a.    meningkatkan akses masyarakat untuk pendidikan dasar dan menengah yang bermutu;
b.    membantu/membimbing satuan pendidikan di jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk memberikan pelayanan pendidikan bermutu;
c.    menjalin kerjasama yang efektif dan produktif dengan pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengembangan dan pembinaan pendidikan dasar dan menengah yang bermutu;
d.    membantu pemerintah daerah menyediakan sarana dan prasarana belajar pendidikan bermutu;
e.    melakukan inovasi dalam mengembangkan sistem penyelenggaraan pendidikan bermutu dan akuntabel;
f.    merintis pengembangan lingkungan sekolah sebagai pusat pengembangan budaya (a centre for cultural development);
g.    mengembangkan sistem pelayanan khusus untuk peserta didik yang berada dalam konteks sosial, ekonomi, dan kondisi geografis khusus.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Konsep dari fungsi evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, dan syarat alat ukur yang baik

1.    Fungsi evaluasi
Fungsi evaluasi, antara lain:
a.    Fungsi Kurikuler
Yaitu sebagai alat pengukur ketercapaian tujuan mata pelajaran.
b.    Fungsi Instruksional
Yaitu sebagai alat ukur ketercapaian tujuan proses belajar mengajar.
c.    Fungsi Diagnostik
Untuk mengetahui kelemahan siswa, penyembuhan atau penyelesaian berbagai kesulitan belajar siswa.
d.    Fungsi Placement
Yaitu sebagai penempatan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya, serta kemampuannya.
e.    Fungsi Administratif BP
Yaitu pendataan berbagai permasalahan yang dihadapi siswa dan alternatif bimbingan dan penyuluhanya.
Asmawi Zainul dan Noehi Nasution menyatakan fungsi-fungsi dari evaluasi pembelajaran, yaitu fungsi:
•    Remedial
•    Umpan balik
•    Memotivasi dan membimbing anak
•    Perbaikan kurikulum dan program pendidikan
•     Pengembangan ilmu


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Permasalahan-permasalahan evaluasi ditinjau dari sisi guru, orang tua, dan lembaga

1.    Permasalahan-permasalahan evaluasi ditinjau dari sisi guru
Beberapa permasalahan evaluasi yang ditinjau dari sisi guru, sebagai berikut:
a.    Guru menaikkan nilai raport hasil belajar siswa dengan tujuan agar siswanya dapat tuntas semua dalam mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Namun, pada kenyataannya masih banyak siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang telah ditetapkan. Sehingga nilai yang diterima siswa bukan nilai asli dari hasil belajar siswa itu sendiri.
b.    Guru tidak melakukan perubahan dalam penyampaian materi kepada siswanya. Padahal, dari hasil belajar siswa telah terlihat bahwa tingkat pemahaman dan penangkapan materi oleh siswa sangat rendah sehingga nilai hasil belajarnya pun juga rendah.
c.    Nilai hasil belajar siswa rendah bahkan jelek yang dipengaruhi strategi belajar guru kurang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga siswa merasa jenuh dengan pembelajaran. Dalam hal ini, biasanya guru sudah mengetahui penyebab nilai hasil belajar siswa yang rendah. Akan tetapi, guru tetap menggunakan strategi pembelajaran tersebut di kelas.
d.    Guru memberikan soal-soal ujian kepada siswa, namun soal-soal tersebut tidak sesuai dengan materi yang telah disampaikan kepada siswanya selama pembelajaran di kelas. Hal tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Konsep tentang pengukuran, penilaian, assesment, evaluasi, dan tes

Pengukuran, penilaian, assesment, evaluasi, dan tes merupakan istilah-istilah yang bersifat hierarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assesment), sedangkan penilaian didahului oleh pengukuran. Dengan demikian, antara pengukuran, penilaian, assesment, evaluasi, dan tes saling berkaitan erat satu dengan lainnya.
1.    Konsep pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerakan angka menurut sistem aturan tertentu (Kerlinger, 1996:687). Hopkins dan Antes mendefinisikan pengukuran sebagai pemberian angka pada atribut dari objek, orang atau kejadian yang dilakukan untuk menunjukkan perbedaan dalam jumlah (Hopkins dan Antes, 1979:10). Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto, bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior”.
Dengan demikian, pengukuran adalah membandingkan sesuatu  dengan sesuatu  yang lain yang dianggap sebagai patokan.  Jadi, dalam pengukuran terdapat dua faktor utama yaitu perbandingan dan patokan (standar).


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Perkembangan Bahasa Menurut Pandangan Chomsky

Sebelum Chomsky dikenal, kebanyakan orang percaya kepada temuan teori belajar bahasa bahwa Brown yang disebut ‘gudang penyimpanan’ anak-anak mengimitasi orang lain dan memperoleh sejumlah besar kalimat yang mereka simpan di kepala mereka. Kemudian mereka mencapai penyusunan kalimat yang tepat saat kejadian-kejadian tertentu muncul ( Brown dan Herrnstein, 1975, h.444)
Chomsky sebnaliknya membuktikan kalau pandangan ini tidak tepat. Manusia tidak hanya belajar sejumlah kalimat, karena secara rutin kita selalu menciptakan kalimat-kalimat baru.
Perkembangan bahasa dalam psikolinguistik diartikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa, menyusun tatabahasa dari ucapan-ucapan, memilih ukuran penilaian tatabahasa yang paling tepat dan paling sederhana dari bahasa tersebut (Tarigan, 1986:243)
Chomsky telah memutuskan penilitiannya kepada aturan-aturan untuk membuat transformasi kalimat, seperti saat kita mengubah sebuah kalimat pernyataan menjadi kalimat pertanyaan.
Chomsky sendiri mengamati anak tidak secara tidak langsung. Namun kita bisa mengilustrasikan kemampuan linguistic anak dengan beberapa temuan Roger Brown (1973) yang sangat terinspirasikan oleh Chomsky. Brown merekam di sebuah kaset beberapa ucapan anak-anak secara diam-diam selama beberapa tahun dan menemukan di antara hal-hal yang lain, bagaimana  mereka memulai membuat transformasi kalimat dengan apa yang disebut questions tag.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan Vygotsky

 Tiga konsep yang dikembangkan dalam teori vygotsky  (Tappan,1998): (1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila di analisis dan pahami apabila dianalisis dan di interpretasikan secara developmental; (2) kemampuan kognitif yang di mediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis untukmembantu dan menstraformasi aktivitas mental; dan (3) kemampuan kognitif berasal dari relasi social dan dipengaruhi oleh latarbelakag sosiokultural.
Vygotsky berpendapat bahwa pada masa kanak kanak awal (early childhood ), bahasa mulai digunaka sebagai alat yang membantu anak untuk merancang aktivitas dan memecahkan problem. Vygotsky percaya bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan social dan kebudayaan. Oleh karena itu karena itu perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan social dan cultural ( Holland, dkk 2001 ). Dia percaya bahwa perkembangan memori , perhatian dan nalar, melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat, seperti bahasa, system matematika, dan strstegi memori. Pada satu kultur, konsep ketiga ini dimaksudkn mungkin berupa pelajaran menghitung dengan menggunkan computer, namun dalam kultur yang berbeda, pembelajaran ini mungkin berupa pelajaran berhitung menggunakan batu dan jari.
Teori vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi  situasi dan bersifat kolaboratif, artinya pengetahuan didistribusikan di antara orang dan lingkungan, yang mencaku objek artifak, alat, buku, dan komunitas tempat orang berinteraksi dengan orang lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan kognitif berasal dari situasi social.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan Bruner

Bruner memiliki pandangan mengenai proses belajar yaitu langkah-langkah bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif. Dimana perhatian tentang kognitif Bruner berpusat pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya, dan apa yang akan dilakukannya sesuah memperoleh informasi untuk mendapatkan pemahaman yang memberikan kemampuan tersendiri baginya.
a)    Konsep
Jerome Bruner dalam menyusun teori perkembangan kognitif memperhitungkan enam hal, yaitu sebagai berikut:
1.    Perkembangan intelektual ditandai oleh meningkatnya variansi respon terhadap stimulus.
Anak yang pada mulanya berada dalam kendali stimulus, belajar membebaskan diri dari stimulus. Ketika anak itu memperoleh sistem bahasa, mere belajar memediasi hubungan antara stimulus dan respon. Dengan mediasi itu, anak belajar membedakan gratifikasi, memodifikasi respon, dan memiliki respon yang sama walaupun stiulusnya berubah-ubah.
2.    Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem pengolahan informasi yang dapat menggambarkan realita.
Anak-anak tidak dapat memprediksikan atau mengeksplorasi hasil yang akan dicapai apabila mereka tidak belajar sistem simbol yang mencerminkan dunia. Oleh karena itu, untuk memahami pengalaman yang ada di luar dirinya, anak memerlukan representasi mental tentang dunia di sekitarnya.
3.    Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada dirinya sendiri dan orang lain, melalui kata-kata atau simbol, mengenai apa yang telah dikerjakan dan apa yang dikerjakannya. Hal ini menjelaskan adanya kesadaran diri. Tanpa perkembangan untuk menggambarkan kegiatan masa lalu dan masa depan, maka tidak akan terjadi perilaku analitik yang diarahkan pada dirinya sendiri atau terhadap lingkungannya.
4.    Interaksi antara guru dengan siswa adalah penting bagi perkembangan kognitif. Orang tua, guru, dan anggota masyarakat harus mendidik anak-anak. Kebudayaan yang ada di masyarakat tidak cukup mampu mengembangkan perkembangan intelektual anak, sehingga guru harus menafsirkan dan berbagi kebudayaan dengan anak agar mereka mengalami perkembangan intelektual.
5.    Bahasa menjadi perkembangan kognitif.  Setiap individu belajar menggunakan bahasa untuk memediasi peristiwa yang terjadi di dunia. Kemampuan berbahasa ini menjadi sarana untuk mengaitkan berbagai peristiwa dalam bentuk sebab akibat.
6.    Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan, melakukan berbagai kegiatan secara bersamaan, dan mengalokasikan perhatian secara runtut pada berbagai situasi tertentu.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan Piaget

Proses Kognitif
Proses Kognitif. Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi). Sebuah skema (sctrcmal adalah konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Skema bisa merentang mulai dari skema sederhana (seperti skema sebuah mobil) sampai skema kompleks (seperti skema tentang apayang membentuk alam semesta). Anak usia enam tahun yang mengetahui bahwa lima mainan kecil dapat disimpan didalam kotak kecil berukuran sama berarti ia sudah memanfaatkan skema angka atau jumlah. Minat Piaget terhadap skema difokuskan pada bagaimana anak mengorganisasikan dan memahami pengalaman mereka. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggungjawab atas cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema mereka: asimilasi dan akomodasi.
1.    Asimilasi tedadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah ada. Yakni, dalam asimilasi, anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema.
2.    Akonodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru. Yakni, anak menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.
Piaget juga mengatakan bahwa untuk memahami dunianya, anak-anak secara kognitif mengorganisasikan pengalaman mereka. Organisasl adalah konsep piaget yang berarti usaha mengelompokkan perilaku yang terpisah-pisah ke dalam urutan yang lebih teratur, ke dalam sistem fungsi Kognitif. Setiap level pemikiran akan diorganisasikan. Perbaikan terus-menerus terhadap organisasi ini adalah bagian inheren dari perkembangan. Dengan cara yang sama, anak-anak terus mengintegrasikan dan mengkoordinasikan banyak cabang pengetahuan lainnya yang sering kali berkembang secara independen. Organisasi terjadi di dalam tahap perkembangan. 


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Konsep PAN dan PAP

Konsep tentang PAN dan PAP
1.    Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian acuan norma (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode pengukuran yang menggunakan prinsip belajar kompetitif.
Menurut prinsip pengukuran norma, tes baku pencapaian diadministrasi dan penampilan baku normatif dikalkulasi untuk kelompok-kelompok pengambil tes yang bervariasi. Skor yang dihasilkan siswa dalam tes yang sama dibandingkan dengan hasil populasi atau hasil keseluruhan yang telah dibakukan. Guru kelas kemudian mengikuti asas yang sama, mengukur pencapaian hasil belajar siswa, dengan tepat membandingkan terhadap siswa lain dalam tes yang sama. Seperti evaluasi empiris, guru melakukan pengukuran, mengadministrasi tes, menghitung skor, merangking skor, dari tes yang tertinggi sampai yang terendah, menentukan skor rerata menentukan simpang baku dan variannya. Berikut ini beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif , antara lain:
a.    Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan Normatif digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
b.    Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”.  Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut.
c.    Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
d.    Penilaian Acuan Normatif memiliki kecenderungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.
e.    Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Pembinaan Kurikulum di Tingkat Provinsi

1.    Identifikasi tugas-tugas pembinaan kurikulum di tingkat provinsi?
Jawab:
Pembinaan kurikulum sebagai langkah untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan pendidikan dilakukan dari tingkat pusat kemudian berlanjut ke tingkat provinsi, ke tingkat kabupaten, dan berlanjut pada tingkat sekolah. Dimana pada masing-masing tingkatan tersebut memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda. Pada tingkat provinsi, pembinaan kurikulum memiliki tugas-tugas, yaitu sebagai berikut:
a. Validasi Penyusunan (konten, administrasi, prosedur) berdasarkan rekomendasi/Pengantar dari Dinas Kabupaten/Kota;
b.    Verifikasi Hasil Validasi;
c.   Penandatanganan dokumen KTSP yang telah disempurnakan oleh sekolah
d.   Monitoring secara regular;
e.    Supervisi dan Bimtek proses pembelajaran;
f.    Layanan Profesional;
g.    Pemetaan mutu keterlaksanaan KTSP Provinsi.
Adapun untuk melaksanakan kegiatan tersebut di atas, Dinas Pendidikan Provinsi melakukan berbagai cara, yaitu:
a.    Membentuk Tim Pengembang Kurikulum;
b.    Membuat jadwal validasi, verifikasi, supervisi, dan sebagainya;
c.    Mengatur penugasan tim;
d.    Menyusun laporan;
e.    Melakukan pemetaan mutu keterlaksanaan KTSP;
Dengan pembinaan kurikulum tersebut, maka  Dinas Pendidikan Provinsi akan memperoleh gambaran tentang :
a.    Keterlaksanaan KTSP di provinsi mencakup peta dokumen, tingkat penerapan;
b.    Tingkat ketercapaian SK/KD, peta mutu kompetensi;
c.    Tingkat ketercapaian mutu pendidikan.
Dengan penerapan KTSP tersebut, maka memicu standar-standar lain untuk dipenuhi dalam rangka mendukung keterlaksanaan KTSP.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Pembinaan Kurikulum

Pembinaan Kurikulum
Pembinaan kurikulum merupakan upaya atau usaha yang perlu dilakukan agar kurikulum dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pembinaan kurikulum dilakukan dari tingkat pusat ke tingkat Dinas Provinsi, dilanjutkan ke tingkat Dinas Kabupaten, berlanjut ke Dinas Kota, dan berakhir di tingkat sekolah-sekolah. Pembinaan kurikulum menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi proses pendidikan di suatu negara. Adapun cakupan pembinaan kurikulum yang dilaksanakan dalam pendidikan di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1.    Pembinaan Kurikulum Struktural
Pembinaan kurikulum struktural dilaksanakan secara bertahap. Adapun prosedur pelaksanaannya, yaitu pembinaan kurikulum dari Pusat ->  Provinsi -> Kab/Kota -> Kecamatan -> Satuan Pendidikan. Akan tetapi, seringkali dalam pelaksanaannya, para tutor yang mengikuti pelatihan di tingkat pusat tidak mampu menurunkan materi yang didapatnya secara baik kepada daerah/provinsi. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti faktor kesehatan, kesibukan, prioritas, dan lain sebagainya. Selain itu,  pada tahap selanjutnya pun bisa terjadi hal-hal serupa sehingga menimbulkan perbedaan persepsi antar daerah, kab/kota, bahkan antar satuan pendidikan.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

MENULIS MENGGALI KREATIVITAS

A.    Definisi Keterampilan Menulis
    Sebagaimana kita ketahui bahwa menulis merupakan bagian dari keterampilan berbahasa. Dalam kehidupan sehari – hari, keterampilan berbahasa sangat diperlukan karena tanpa adanya bahasa, manusia tidak dapat saling berkomunikasi dengan manusia yang lainnya. Demikian pula keterampilan menulis sangat diperlukan dalam kehidupan.
    Menulis merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang yang apabila dilatih sedemikian rupa dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki. Sedangkan keterampilan menulis merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam bidang tulis - menulis untuk menyampaikan gagasan, ide – ide kepada orang lain secara tertulis atau tidak langsung.
    Dalam dunia kepenulisan, pengertian keterampilan menulis seringkali menjadi sesuatu yang biasa saja sehingga banyak orang yang tidak memahami pengertian yang sesungguhnya. Hal ini dapat dibuktikan dari kenyataan banyak orang yang menganggap bahwa menulis itu ditentukan karena bakat. Akan tetapi, jika ditelaah lebih mendalam keterampilan menulis bukanlah karena bakat semata.
    Dalam kenyataannya, seseorang yang memiliki bakat menulis namun karena tidak pernah berlatih dan mengembangkan bakat tersebut, nantinya bakat menulis tersebut juga tidak dapat tersalurkan. Sebaliknya, jika seseorang yang belum memiliki bakat menulis, namun karena berkemauan keras untuk berlatih menulis, pada akhirnya juga akan dapat memiliki keterampilan menulis.
    Dengan demikian, keterampilan menulis adalah  keterampilan sendiri yang berarti bahwa seseorang mempunyai kemampuan menulis karena dia terampil dan berkemauan keras untuk berlatih menulis dengan menuangkan gagasan, ide – ide yang dimilikinya melalui sebuah tulisan. Oleh karena itu, pengertian keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat dan dimiliki oleh seseorang setelah melalui proses pelatihan secara intens, khusus dalam bidang menulis. Dengan mengikuti pelatihan atau berlatih secara intens, maka seseorang dapat terampil menulis.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Perkembangan batasan Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh (PT/JJ)

A.    Perkembangan batasan Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh (PT/JJ)

Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh itu sudah timbul bertahun-tahun sebelum  bangsa Indonesia mengenalnya. Pengertian atau batasan PT/JJ itu berkembang dari waktu ke waktu. Keegan (1986) mencatat perkembangan batasan yang dibuat oleh berbagai ahli Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh dan menyusunnya secara kronologis. Pada tahun 1967, misalnya, G. Dogmen membuat batasan mengenai PT/JJ bahwa Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh adalah sistem pendidikan yang menekankan pada cara belajar mandiri (self study). Belajar mandiri diorganisasikan secara sistematis. Pada cara belajar ini penyajian bahan belajar, pemberian konsultansi kepada siswa, dan pengawasan serta jaminan keberhasilan siswa dilakukan oleh tim guru. Masing-masing guru mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri. Menurut dia, PT/JJ itu merupakan kebalikan dari “pendidikan langsung” atau “pendidikan secara tatap muka antara siswa dan guru”. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa menurut Dogmen ciri-ciri PT/JJ adalah: ada organisasi yang mengatur cara belajar mandiri itu, bahan belajar disampaikan melalui media, tidak ada kontak langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pada tahun 1968, G. Mackenzie, E. Christensen, dan P. Rigby mengatakan bahwa sekolah korespondensi sebagai salah satu bentuk PT/JJ merupakan metode pembelajaran yang menggunakan korespondensi sebagai alat untuk berkomunikasi antara peserta didik (siswa) dengan pendidik (guru). 


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Model – Model Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh

A.    Model – Model Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh

Telah diketahui bahwa sebelum kita mengenal sistem PT/JJ, telah banyak lembaga di luar negeri yang menyelenggarakan PT/JJ. Batasan yang mereka gunakan mempunyai penekanan yang berbeda-beda, sebelum akhirnya dirumuskan batasan yang berlaku umum. Pada waktu itu yang berbeda sesungguhnya bukan hanya batasannya, model dan nama-nama yang mereka gunakan juga berbeda-beda. Berikut akan di uraikan beberapa dari model-model itu:
    
a.  Sekolah Korespondensi
Sekolah Korespondensi kadang disebut Pendidikan melalui Korespondensi atau Belajar melalui Korespondensi. Sekolah Korespondensi mempunyai riwayat yang panjang dalam pendidikan anak-anak dan orang dewasa. Sampai sekarang Sekolah Korespondensi dianggap masih ada, sebab masih banyak Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh yang dikelola melalui hubungan surat-menyurat dengan bantuan pos. UNESCO memberi batasan Sekolah Korespondensi sebagai berikut:

“Pendidikan yang dilakukan dengan menggunakan jasa pos tanpa adanya pertemuan tatap muka antara guru dan siswa”.

Pengajaran dilakukan melalui bahan belajar dalam bentuk cetakan atau rekaman kaset suara yang dikirimkan kepada siswa melalui pos. Kemajuan belajar siswa dimonitor dengan menggunakan latihan atau tugas-tugas tertulis atau latihan yang direkam dalam kaset. Siswa mengerjakan latihan itu menggunakan tulisan atau rekaman kaset juga yang dikirimkan kepada guru yang ada di Pusat Lembaga
PT/JJ. Guru memeriksa pekerjaan siswa dengan memberi komentar dan saran-saran secara tertulis atau melalui rekaman kaset. Hasil koreksi itu dikirimkan kembali kepada siswa.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

MEDIA DALAM PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH


  1. Ragam Media Dalam PTJJ
Media yang digunakan dalam PTJJ pada hakekatnya sangat dipengaruhi oleh pekembangan teknologi. Dalam era kemajuan teknologi yang luar biasa, media yang dapat dipilih dan digunakan semakin luas. Banyak institusi penyelenggara PTJJ berlomba memanfaatkan media pembelajaran yang canggih, modern dan mahal. Mereka berasumsi bahwa semakin canggih media yang digunakan maka semakin tinggi pula nilai kontribusi terhadap proses pembelajaran. Asumsi ini tidak selamanya benar, sebab media yang sederhana sekalipun, apabila digunakan sesuai dengan karakteristik dan kemampuannya akan memberikan nilai pembelajaran yang signifikan. Untuk daerah terpencil dan terisolasi serta daerah yang belum memiliki tenaga listrik, penggunaan media yang sederhana tentunya akan lebih efektif.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

LAHIRNYA PENDIDIKAN JARAK JAUH DI INDONESIA


1.     Sejarah Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Rencana Pembangunan Lima Tahun yang pertama (REPELITA I), pada April tahun 1969 dimula langkah pertama pembangunan tersebut. Data yang digunakan di dalam rencana pembangunan nasional tersebut masih kurang memadai, termasuk didalamnya rencana pembangunan pendidikan nasional. Disadari bahwa pendidikan nasional pada waktu itu membutuhkan penanganan yang serius namun porsi alokasi pembangunan sektor pendidikan di dalam pembangunan nasional masih sangat kecil. Meskipun rencana pembangunan sudah mulai dilaksanakan pada 1April 1969, Pemerintah menyadari suatu keharusan memperoleh suatu gambaran yang menyeluruh dan lebih akurat mengenai keadaan pendidikan nasional.

Dalam kaitan ini dilaksanakan Seminar Nasional mengenai pendidikan yang dikenal sebagai Konperensi Cipayung pada tanggal 28-30 April 1969 ketika 100 orang pakar dari berbagai disiplin mengindentifikasikan beragam masalah pendidikan nasional. Salah satu implikasi dari Konferensi Cipayung ialah lahirnya Proyek Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP) I pada 1 Mei 1969. Proyek ini telah menghasilkan suatu gambaran menyeluruh mengenai pendidikan nasional. Salah satu strategi yang perlu dikembangkan adalah bagaimana sistem pendidikan nasional yang ada dapat menampung kebutuhan pendidikan yang semakin lama semakin meningkat. Artikel ini menunjukkan beberapa kondisi yang menunjang lahirnya pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ) di Indonesia serta berbagai faktor pendukung dalam pengembangannya sampai pada pertengahan dekade 80-an atau akhir PELITA III.

Pada masa itu sudah terdapat berbagai kursus tertulis yang diselenggarakan melalui pos seperti kursus pemegang buku (Boekhoulding) serta beragam kursus bahasa asing (misalnya Belanda dan Inggris). Kesempatan dan sarana pendidikan yang kurang memadai telah mendorong lahirnya bermacam jenis
pendidikan alternatif tersebut di samping adanya kursus tatap muka. Disamping itu terdapat berbagai kondisi yang menunjang perkembangan dari PTJJ di Indonesia.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Model Pengembangan Kurikulum Teknologi


A.      Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin yakni “curriculae” yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Saat itu arti, pengertian yakti jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijasah. Ada bebrapa penafsiran lain mengenai kurikulum.
1.        Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Yakni sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Dimana semakin banyak pengalaman dan penemuan-penemuan berupa (mata ajaran), maka semakin banyak pula mata ajran yang harus disususn dalam kurikulum dan harus dipelajari oleh siswa.
2.        Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Merupakan suatu program  pendidikan  yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dalam program-program ini para siswa akan melakukan kegiatan beljar mengajar. Sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.
3.        Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Yakni lebih menekkankan bahwa kurikulum sebagai pengalaman belajar.  Dimana dalam  kegiatan-kegiatan kurikulum  tidak terbatas dalam  ruang kelas saja, melainkan mencangkup kegiatan di luar sekolah.
Jadi dapt disimpulkan bahwa, kurikum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi an bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedomanpenyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba

A.    Kurikulum
Kurikulum menurut Hilda Taba adalah:
“ a curriculum is a plan for learning, therefore what is know about the learning process and the development of individual has bearing on the shaping of the curriculum”. kurikulum adalah suatu rencana belajar, oleh karena itu, konsep-konsep tentang belajar dan perkembangan individu dapat mewarnai bentuk-bentuk kurikulum.
Kurikulum tidak hanya terletak pada pelaksanaanya, tetapi pada keluasan cakupannya, terutama pada isi, metode dan tujuannya, terutama tujuan jangka panjang, karena justeru kurikulum terletak pada tujuannya yang umum dan jangka panjang itu, sedangkan imlementasinya yang sempit termasuk pada pengajaran, yang keduanya harus kontinue. Kurikulum merupakan pernyataan tentang tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat umum dan khusus dan materinya dipilih dan diorganisasikan berdasarkan suatu pola tertentu untuk kepentingan belajar dan mengajar. Hilda Taba berpendapat bahwa pada hakikatnya tiap kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya.
Berbeda dengan model yang dikembangkan Tyler, model Taba lebih menitik beratkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatau proses perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, dalam kurikulum ini dikembangkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh para pengembang kurikulum. Model pengembangan ini lebih rinci dan lebih sempurna jika dibandingkan dengan model pengembangan Tyler. Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut terutama penekanannya pada pemusatan perhatian guru. Teori Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam pegembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memposisikan guru sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum. Merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Model Pengembangan Kurikulum Grass Root


Dilihat dari cakupan pengembangannya ada dua pendekatan yang dapat diterapkan. Pertama, pendekatan top down atau pendekatan administrative, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah; dan kedua adalah pendekatan grass root, atau pengembangan kurikulum yang diawali oleh inisiatif dari bawah lalu disebarluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan istilah singkat sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.
Kalau pada pendekatan administratif inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari para pemegang kebijakan kemudian turun ke stafnya atau dari atas ke bawah, maka dalam model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pendekatan ini dinamakan juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum construction).
Dalam kondisi yang bagaimana kiri-kira guru dapat berinisiatif memperbarui dan atau menyempurnakan kurikulum dengan pendekatan semacam ini ? Ya, minimal ada syarat sebagai kondisi yang memungkinkan pendekatan grass roots dapat berlangsung. Pertama, manakala kurikulum itu benar-benar bersifat lentur sehingga memberikan kesempatan kepada setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan kurikulum yang sedang diberlakukan. Kurikulum yang bersifat kaku, yang hanya mengandung petunjuk dan persyaratan teknis sangat sulit dilakukan pengembangannya dengan pendekatan ini.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Model Pengembangan Kurikulum Beuchamp


2.1  Konsep Kurikulum Menurut Beauchamp
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari siswa. Anggapan ini telah ada sejak zaman Yunani Kuno, namun dalam lingkungan dan hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai sampai sekarang. Banyak orangtua bahkan juga para guru, kalau ditanya tentang kurikulum akan memberikan jawaban sekitar mata pelajaran. Lebih khusus mungkin kurikulum diartikan hanya sebagai isi pelajaran.
Pendapat-pendapat yang muncul selanjutnya telah beralih dari menekankan pada isi menjadi lebih memberikan tekanan pada pengalaman belajar, bahkan juga menunjukkan adanya perubahan lingkup dari konsep yang sangat sempit kepada yang lebih luas.
George A.Beauchamp (1968) lebih memberikan tekanan bahwa kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran, sedangkan pelaksanaan rencana itu sudah masuk pengajaran. Dalam Sukmadinata (2005:5), Beauchamp mengatakan: A curriculum is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school.
Senada dengan pendapat tersebut, Ansyar dan Nursain (1991:25) merekam pendapat Beauchamp (1981) sebagai berikut: Kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk pendidikan peserta didik selama belajar di sekolah.
Selanjutnya Beauchamp (1976) mendefinisikan teori kurikulum sebagai: … a set of related statements that gives meaning to a schools’s curriculum by pointing up the relationships among its elements and by directing its development, its use, and its evaluation. (Sukmadinata, 2005: 6).
Bidang cakupan teori atau bidang studi kurikulum meliputi: konsep kurikulum, penentuan kurikulum, pengembangan kurikulum, desain kurikulum, implementasi dan evaluasi kurikulum.
Selain sebagai bidang studi, menurut Beauchamp, kurikulum juga sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari sistem persekolahan. Sebagai suatu rencana pengajaran, kurikulum berisi tujuan yang ingin dicapai, bahan yang akan disajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan jadwal waktu pengajaran. Sebagai suatu sistem, kurikulum merupakan bagian atau subsistem dari keseluruhan kerangka organisasi sekolah atau sistem sekolah. Kurikulum sebagai suatu sistem menyangkut penentuan segala kebijakan tentang kurikulum, susunan personalia dan prosedur pengembangan kurikulum, penerapan, evaluasi, dan penyempurnaannya. Fungsi utama sistem kurikulum adalah dalam pengembangan, penerapan, evaluasi, dan penyempurnaannya, baik sebagai dokumen tertulis maupun aplikasinya dan menjaga agar kurikulum tetap dinamis.
Mengenai fungsi sistem kurikulum ini, lebih lanjut Beauchamp (1975) menggambarkan: (1) the choice of arena for curriculum decision making, (2) the selection and involvement of person in curriculum planning, (3) organization for and teachniques used in curriculum planning, (4)actual writing of a curriculum, (5)implementing the curriculum, (6) evaluation the curriculum, and (7) providing for feedback and modification of the curriculum. (Sukmadinata, 2005:7)
Hal yang dikemukakan oleh Beauchamp bukan hanya menunjukkan fungsi tetapi juga struktur dari suatu sistem kurikulum, yang secara garis besar berkenaan dengan pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Model Pengembangan Kurikulum Administratif

A.     PENGERTIAN KURIKULUM ADMINISTRATIF
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal. Model administratif sering pula disebut sebagai model “garis staf” (line staff) atau “dari atas ke bawah” (top down), karena inisiatif dan gagasan dari pada administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Model admistratif pengembangan kurikulum menggunakan prosedur atas-bawah, lini staf (Topdown, line-staff procedure). Inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari pejabat tingkat atas (Superintendent). Pejabat tersebut membuat keputusan tentang kebutuhan suatu program pengembangan kurikulum dan implementasinya, lalu mengadakan pertemuan dengan staf lini (bawahannya) dan meminta dukungan dari dewan pendidikan (Board of education). Langkah berikutnya adalah membentuk suatu panitia pengarah yang terdiri dari pejabat administratif tingkat atas, seperti asisten superintendent, principals, supervisor, dan guru-guru inti. Panitia pengarah merumuskan rencana umum, mengembangkan panduan kerja, dan menyiapkan rumusan filsafat dan tujuan bagi seluruh sekolah didaerahnya (District). Disamping itu, panitia pengarah dapat mengikutsertakan organisasi diluar sekolah / tokoh masyarakat sebagai panitia penasehat yang bekerja bersama dengan personel sekolah dalam rangka merumuskan berbagai rencana, petunjuk dan tujuan yang hendak dicapai.
Setelah kebijakan kurikulum dikembangkan, maka panitia pengarah memilih dan menugaskan stafpengajar sebagai panitia pelaksana (panitia kerja) yang bertanggung jawab mengkonstruksikan kurikulum. Panitia im merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum, isi (materi), kegiatan-kegiatan belajar dan sebagainya sesuai dengan pedoman / acuan kebijakan yang telah ditentukan oleh panitia pengarah. Panitia mengerjakan tugasnya diluar jam kerja biasa dan tidak mendapat kompensasi. Kondisi ini diterapkan karena berkaitan dengan tanggung jawab guru untuk memahami dengan benar kurikulum dan meningkatkan mutu kurikulum itu sendiri.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Sharing Education