Konsep dari fungsi evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, dan syarat alat ukur yang baik

1.    Fungsi evaluasi
Fungsi evaluasi, antara lain:
a.    Fungsi Kurikuler
Yaitu sebagai alat pengukur ketercapaian tujuan mata pelajaran.
b.    Fungsi Instruksional
Yaitu sebagai alat ukur ketercapaian tujuan proses belajar mengajar.
c.    Fungsi Diagnostik
Untuk mengetahui kelemahan siswa, penyembuhan atau penyelesaian berbagai kesulitan belajar siswa.
d.    Fungsi Placement
Yaitu sebagai penempatan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya, serta kemampuannya.
e.    Fungsi Administratif BP
Yaitu pendataan berbagai permasalahan yang dihadapi siswa dan alternatif bimbingan dan penyuluhanya.
Asmawi Zainul dan Noehi Nasution menyatakan fungsi-fungsi dari evaluasi pembelajaran, yaitu fungsi:
•    Remedial
•    Umpan balik
•    Memotivasi dan membimbing anak
•    Perbaikan kurikulum dan program pendidikan
•     Pengembangan ilmu


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Permasalahan-permasalahan evaluasi ditinjau dari sisi guru, orang tua, dan lembaga

1.    Permasalahan-permasalahan evaluasi ditinjau dari sisi guru
Beberapa permasalahan evaluasi yang ditinjau dari sisi guru, sebagai berikut:
a.    Guru menaikkan nilai raport hasil belajar siswa dengan tujuan agar siswanya dapat tuntas semua dalam mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Namun, pada kenyataannya masih banyak siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang telah ditetapkan. Sehingga nilai yang diterima siswa bukan nilai asli dari hasil belajar siswa itu sendiri.
b.    Guru tidak melakukan perubahan dalam penyampaian materi kepada siswanya. Padahal, dari hasil belajar siswa telah terlihat bahwa tingkat pemahaman dan penangkapan materi oleh siswa sangat rendah sehingga nilai hasil belajarnya pun juga rendah.
c.    Nilai hasil belajar siswa rendah bahkan jelek yang dipengaruhi strategi belajar guru kurang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga siswa merasa jenuh dengan pembelajaran. Dalam hal ini, biasanya guru sudah mengetahui penyebab nilai hasil belajar siswa yang rendah. Akan tetapi, guru tetap menggunakan strategi pembelajaran tersebut di kelas.
d.    Guru memberikan soal-soal ujian kepada siswa, namun soal-soal tersebut tidak sesuai dengan materi yang telah disampaikan kepada siswanya selama pembelajaran di kelas. Hal tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Konsep tentang pengukuran, penilaian, assesment, evaluasi, dan tes

Pengukuran, penilaian, assesment, evaluasi, dan tes merupakan istilah-istilah yang bersifat hierarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assesment), sedangkan penilaian didahului oleh pengukuran. Dengan demikian, antara pengukuran, penilaian, assesment, evaluasi, dan tes saling berkaitan erat satu dengan lainnya.
1.    Konsep pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerakan angka menurut sistem aturan tertentu (Kerlinger, 1996:687). Hopkins dan Antes mendefinisikan pengukuran sebagai pemberian angka pada atribut dari objek, orang atau kejadian yang dilakukan untuk menunjukkan perbedaan dalam jumlah (Hopkins dan Antes, 1979:10). Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto, bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior”.
Dengan demikian, pengukuran adalah membandingkan sesuatu  dengan sesuatu  yang lain yang dianggap sebagai patokan.  Jadi, dalam pengukuran terdapat dua faktor utama yaitu perbandingan dan patokan (standar).


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Perkembangan Bahasa Menurut Pandangan Chomsky

Sebelum Chomsky dikenal, kebanyakan orang percaya kepada temuan teori belajar bahasa bahwa Brown yang disebut ‘gudang penyimpanan’ anak-anak mengimitasi orang lain dan memperoleh sejumlah besar kalimat yang mereka simpan di kepala mereka. Kemudian mereka mencapai penyusunan kalimat yang tepat saat kejadian-kejadian tertentu muncul ( Brown dan Herrnstein, 1975, h.444)
Chomsky sebnaliknya membuktikan kalau pandangan ini tidak tepat. Manusia tidak hanya belajar sejumlah kalimat, karena secara rutin kita selalu menciptakan kalimat-kalimat baru.
Perkembangan bahasa dalam psikolinguistik diartikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa, menyusun tatabahasa dari ucapan-ucapan, memilih ukuran penilaian tatabahasa yang paling tepat dan paling sederhana dari bahasa tersebut (Tarigan, 1986:243)
Chomsky telah memutuskan penilitiannya kepada aturan-aturan untuk membuat transformasi kalimat, seperti saat kita mengubah sebuah kalimat pernyataan menjadi kalimat pertanyaan.
Chomsky sendiri mengamati anak tidak secara tidak langsung. Namun kita bisa mengilustrasikan kemampuan linguistic anak dengan beberapa temuan Roger Brown (1973) yang sangat terinspirasikan oleh Chomsky. Brown merekam di sebuah kaset beberapa ucapan anak-anak secara diam-diam selama beberapa tahun dan menemukan di antara hal-hal yang lain, bagaimana  mereka memulai membuat transformasi kalimat dengan apa yang disebut questions tag.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan Vygotsky

 Tiga konsep yang dikembangkan dalam teori vygotsky  (Tappan,1998): (1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila di analisis dan pahami apabila dianalisis dan di interpretasikan secara developmental; (2) kemampuan kognitif yang di mediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis untukmembantu dan menstraformasi aktivitas mental; dan (3) kemampuan kognitif berasal dari relasi social dan dipengaruhi oleh latarbelakag sosiokultural.
Vygotsky berpendapat bahwa pada masa kanak kanak awal (early childhood ), bahasa mulai digunaka sebagai alat yang membantu anak untuk merancang aktivitas dan memecahkan problem. Vygotsky percaya bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan social dan kebudayaan. Oleh karena itu karena itu perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan social dan cultural ( Holland, dkk 2001 ). Dia percaya bahwa perkembangan memori , perhatian dan nalar, melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat, seperti bahasa, system matematika, dan strstegi memori. Pada satu kultur, konsep ketiga ini dimaksudkn mungkin berupa pelajaran menghitung dengan menggunkan computer, namun dalam kultur yang berbeda, pembelajaran ini mungkin berupa pelajaran berhitung menggunakan batu dan jari.
Teori vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi  situasi dan bersifat kolaboratif, artinya pengetahuan didistribusikan di antara orang dan lingkungan, yang mencaku objek artifak, alat, buku, dan komunitas tempat orang berinteraksi dengan orang lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan kognitif berasal dari situasi social.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan Bruner

Bruner memiliki pandangan mengenai proses belajar yaitu langkah-langkah bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif. Dimana perhatian tentang kognitif Bruner berpusat pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya, dan apa yang akan dilakukannya sesuah memperoleh informasi untuk mendapatkan pemahaman yang memberikan kemampuan tersendiri baginya.
a)    Konsep
Jerome Bruner dalam menyusun teori perkembangan kognitif memperhitungkan enam hal, yaitu sebagai berikut:
1.    Perkembangan intelektual ditandai oleh meningkatnya variansi respon terhadap stimulus.
Anak yang pada mulanya berada dalam kendali stimulus, belajar membebaskan diri dari stimulus. Ketika anak itu memperoleh sistem bahasa, mere belajar memediasi hubungan antara stimulus dan respon. Dengan mediasi itu, anak belajar membedakan gratifikasi, memodifikasi respon, dan memiliki respon yang sama walaupun stiulusnya berubah-ubah.
2.    Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem pengolahan informasi yang dapat menggambarkan realita.
Anak-anak tidak dapat memprediksikan atau mengeksplorasi hasil yang akan dicapai apabila mereka tidak belajar sistem simbol yang mencerminkan dunia. Oleh karena itu, untuk memahami pengalaman yang ada di luar dirinya, anak memerlukan representasi mental tentang dunia di sekitarnya.
3.    Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada dirinya sendiri dan orang lain, melalui kata-kata atau simbol, mengenai apa yang telah dikerjakan dan apa yang dikerjakannya. Hal ini menjelaskan adanya kesadaran diri. Tanpa perkembangan untuk menggambarkan kegiatan masa lalu dan masa depan, maka tidak akan terjadi perilaku analitik yang diarahkan pada dirinya sendiri atau terhadap lingkungannya.
4.    Interaksi antara guru dengan siswa adalah penting bagi perkembangan kognitif. Orang tua, guru, dan anggota masyarakat harus mendidik anak-anak. Kebudayaan yang ada di masyarakat tidak cukup mampu mengembangkan perkembangan intelektual anak, sehingga guru harus menafsirkan dan berbagi kebudayaan dengan anak agar mereka mengalami perkembangan intelektual.
5.    Bahasa menjadi perkembangan kognitif.  Setiap individu belajar menggunakan bahasa untuk memediasi peristiwa yang terjadi di dunia. Kemampuan berbahasa ini menjadi sarana untuk mengaitkan berbagai peristiwa dalam bentuk sebab akibat.
6.    Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan, melakukan berbagai kegiatan secara bersamaan, dan mengalokasikan perhatian secara runtut pada berbagai situasi tertentu.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan Piaget

Proses Kognitif
Proses Kognitif. Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi). Sebuah skema (sctrcmal adalah konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Skema bisa merentang mulai dari skema sederhana (seperti skema sebuah mobil) sampai skema kompleks (seperti skema tentang apayang membentuk alam semesta). Anak usia enam tahun yang mengetahui bahwa lima mainan kecil dapat disimpan didalam kotak kecil berukuran sama berarti ia sudah memanfaatkan skema angka atau jumlah. Minat Piaget terhadap skema difokuskan pada bagaimana anak mengorganisasikan dan memahami pengalaman mereka. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggungjawab atas cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema mereka: asimilasi dan akomodasi.
1.    Asimilasi tedadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah ada. Yakni, dalam asimilasi, anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema.
2.    Akonodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru. Yakni, anak menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.
Piaget juga mengatakan bahwa untuk memahami dunianya, anak-anak secara kognitif mengorganisasikan pengalaman mereka. Organisasl adalah konsep piaget yang berarti usaha mengelompokkan perilaku yang terpisah-pisah ke dalam urutan yang lebih teratur, ke dalam sistem fungsi Kognitif. Setiap level pemikiran akan diorganisasikan. Perbaikan terus-menerus terhadap organisasi ini adalah bagian inheren dari perkembangan. Dengan cara yang sama, anak-anak terus mengintegrasikan dan mengkoordinasikan banyak cabang pengetahuan lainnya yang sering kali berkembang secara independen. Organisasi terjadi di dalam tahap perkembangan. 


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Konsep PAN dan PAP

Konsep tentang PAN dan PAP
1.    Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian acuan norma (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode pengukuran yang menggunakan prinsip belajar kompetitif.
Menurut prinsip pengukuran norma, tes baku pencapaian diadministrasi dan penampilan baku normatif dikalkulasi untuk kelompok-kelompok pengambil tes yang bervariasi. Skor yang dihasilkan siswa dalam tes yang sama dibandingkan dengan hasil populasi atau hasil keseluruhan yang telah dibakukan. Guru kelas kemudian mengikuti asas yang sama, mengukur pencapaian hasil belajar siswa, dengan tepat membandingkan terhadap siswa lain dalam tes yang sama. Seperti evaluasi empiris, guru melakukan pengukuran, mengadministrasi tes, menghitung skor, merangking skor, dari tes yang tertinggi sampai yang terendah, menentukan skor rerata menentukan simpang baku dan variannya. Berikut ini beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif , antara lain:
a.    Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan Normatif digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
b.    Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”.  Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut.
c.    Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
d.    Penilaian Acuan Normatif memiliki kecenderungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.
e.    Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Pembinaan Kurikulum di Tingkat Provinsi

1.    Identifikasi tugas-tugas pembinaan kurikulum di tingkat provinsi?
Jawab:
Pembinaan kurikulum sebagai langkah untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan pendidikan dilakukan dari tingkat pusat kemudian berlanjut ke tingkat provinsi, ke tingkat kabupaten, dan berlanjut pada tingkat sekolah. Dimana pada masing-masing tingkatan tersebut memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda. Pada tingkat provinsi, pembinaan kurikulum memiliki tugas-tugas, yaitu sebagai berikut:
a. Validasi Penyusunan (konten, administrasi, prosedur) berdasarkan rekomendasi/Pengantar dari Dinas Kabupaten/Kota;
b.    Verifikasi Hasil Validasi;
c.   Penandatanganan dokumen KTSP yang telah disempurnakan oleh sekolah
d.   Monitoring secara regular;
e.    Supervisi dan Bimtek proses pembelajaran;
f.    Layanan Profesional;
g.    Pemetaan mutu keterlaksanaan KTSP Provinsi.
Adapun untuk melaksanakan kegiatan tersebut di atas, Dinas Pendidikan Provinsi melakukan berbagai cara, yaitu:
a.    Membentuk Tim Pengembang Kurikulum;
b.    Membuat jadwal validasi, verifikasi, supervisi, dan sebagainya;
c.    Mengatur penugasan tim;
d.    Menyusun laporan;
e.    Melakukan pemetaan mutu keterlaksanaan KTSP;
Dengan pembinaan kurikulum tersebut, maka  Dinas Pendidikan Provinsi akan memperoleh gambaran tentang :
a.    Keterlaksanaan KTSP di provinsi mencakup peta dokumen, tingkat penerapan;
b.    Tingkat ketercapaian SK/KD, peta mutu kompetensi;
c.    Tingkat ketercapaian mutu pendidikan.
Dengan penerapan KTSP tersebut, maka memicu standar-standar lain untuk dipenuhi dalam rangka mendukung keterlaksanaan KTSP.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Pembinaan Kurikulum

Pembinaan Kurikulum
Pembinaan kurikulum merupakan upaya atau usaha yang perlu dilakukan agar kurikulum dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pembinaan kurikulum dilakukan dari tingkat pusat ke tingkat Dinas Provinsi, dilanjutkan ke tingkat Dinas Kabupaten, berlanjut ke Dinas Kota, dan berakhir di tingkat sekolah-sekolah. Pembinaan kurikulum menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi proses pendidikan di suatu negara. Adapun cakupan pembinaan kurikulum yang dilaksanakan dalam pendidikan di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1.    Pembinaan Kurikulum Struktural
Pembinaan kurikulum struktural dilaksanakan secara bertahap. Adapun prosedur pelaksanaannya, yaitu pembinaan kurikulum dari Pusat ->  Provinsi -> Kab/Kota -> Kecamatan -> Satuan Pendidikan. Akan tetapi, seringkali dalam pelaksanaannya, para tutor yang mengikuti pelatihan di tingkat pusat tidak mampu menurunkan materi yang didapatnya secara baik kepada daerah/provinsi. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti faktor kesehatan, kesibukan, prioritas, dan lain sebagainya. Selain itu,  pada tahap selanjutnya pun bisa terjadi hal-hal serupa sehingga menimbulkan perbedaan persepsi antar daerah, kab/kota, bahkan antar satuan pendidikan.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

Sharing Education