A. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin yakni “curriculae” yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Saat itu arti, pengertian yakti jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijasah. Ada bebrapa penafsiran lain mengenai kurikulum.
1. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Yakni sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Dimana semakin banyak pengalaman dan penemuan-penemuan berupa (mata ajaran), maka semakin banyak pula mata ajran yang harus disususn dalam kurikulum dan harus dipelajari oleh siswa.
2. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Merupakan suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dalam program-program ini para siswa akan melakukan kegiatan beljar mengajar. Sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.
3. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Yakni lebih menekkankan bahwa kurikulum sebagai pengalaman belajar. Dimana dalam kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencangkup kegiatan di luar sekolah.
Jadi dapt disimpulkan bahwa, kurikum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi an bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedomanpenyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
B. Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Perlunya landasan dalam pengembangan kurikulum yaktu dilihat dari landasan filosofis dan psikologis. Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
1. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu.
2. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna.
3. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna.
4. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses.
5. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
C. Prinsip Kurikulum Teknologi
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Adpun prinsip-prinsip yang digunakan meliputi prinsip umum dan khusus. Prinsip umum meliputi;
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok :
1. Prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas;
2. Prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1. Prinsip relevansi: secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
2. Prinsip fleksibilitas: dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
D. Studi Kurikulum Teknologi
Karakteristik kurikulum biasanya diartikan oleh para peneliti dengan menggunakan berbagai istilah yang berbeda untuk merepresentasi konseptualisasi kurikulum yang berbeda. Untuk itu perlunya metode yang digunakan untuk memngetahui karakteristik dari kurikulum tersebut, dengan cara mengelompokan atau menentukan kategori berbagai konsepsi kurikulum yang pokok, yang disertai dengan contoh, pengertian dan kecaman terhadap masing-masing kategori tersebut.
Dalam domain studi kurikulum, dapat dinyatakan bahwa fokus sental kurikulum adalah otobiografis , sehingga kurikulum pada dasarnya merupakan interpretasi berbagai pengalaman hidup. Perlu dipahami bahwa karakteristik kurikulum bersifat kategoris, sehingga tidak tertutup kemungkinan adanya karakteristik kurikulum lainnya.
Gambaran problematik dari pengembangan kurikulum telah menghasilkan suatu diversitas opini tentang berbagai aspek dari lapangan kurikulum tersebut, yang bahkan meliputi definisi kurikulum itu sendiri. Prinsip-prinsip yang diperlukan dalam memperbaiki kurikulum:
1. Bidang kurikulum
Suatu area umum studi yang berkenaan dengan pengembangan dan implementasi tujuan (umum dan khusus) pendidikan.
2. Studi dan praktek
Menuntut pemahaman yang luas tentang fondasi (filosofis, sosiologis, dan psikologis) kurikulum, yang mendasari tindakan kurikulum.
3. Pada praktikannya, bidang kurikulum meliputi perencanaan, pengembangan, desain instruksional, riset, perteriori.
4. Hasil pengamatan belajar dari kurikulum.
5. Segala keputusan yang berkaitan dengan bidang kurikulum yang memiliki serangkaina proses uyang komplek dan memiliki banyak alternatif.
6. Bidang kurikulum bersifat interdisiplin dan mengandung berbagai ide bersama dari bidang pendidikan
7. Semua kegiatan dalam bidang kurikulum harus mengacu pada hal tertentu, yang spesifik berkenaan dengan situasi belajar.
E. Model Kurikulum Teknologi
Model berdasarkan teknik yang sedang berkembang ini dicetuskan oleh Kirst dan Walker. Model ini muncul seiring dengn perkembangan zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta nilai-nilai bisnis dalam budaya insdustri. Kirst dan Walker (1971:486) mengemukakan bahwa kecenderungan-kecenderungan baru tumbuh berdasarkan tiga orientasi berikut:
a) Model analisis tingkah laku
Model analisis tingkah laku mendesain sistem instruksional yang menekankan pada penguasaan tingkah laku atau kemampuan yang dimiliki siswa. Suatu tingkah laku yang kompleks dijabarkan menjadi tingkah laku sederhana yang tersusun secara hierarki. Model ini menekankan pada prosedur skenarian dari insepsi ke eksekusi oleh spesialis. Penerapan model ini menuntut kemampuan atau kekuatan administrative organisasi.
b) Model analisis sistem
Model ini dikenal sebagai model perencanaan program analisis keefektifan biaya, disingkat PPBS (Planning Program budgeting system). Pengembangan model analisis sistem dilaksanakan melalui langkah-langkah, yaitu menentukan spesialisasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa, menyusun instrument untuk mengukur atau menilai hasil-hasil belajar, mengidentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan, dan membandingkan biaya relative dan keuntungan dair program-program pendidikan.
c) Model berdasarkan computer
Adalah suatu model pengembangan kurikulum dangan cara memperdayakan computer. Pengembangan model ini dimulai dari identifikasi semua unit kurikulum, dan masing-masing unit kurikulum memiliki rumusan tentang hasil belajar yang diharapkan. Para peserta didik dan guru diminta melengkapi pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan unit-unit kurikulum tersebut, kemudian jawaban serta hasil belajar siswa diolah melalui proses computer dan disimpan di dalam computer. (Kirst dan Walker 1971:486)
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. PT Bumi Aksara: Jakarta.
Hamalik Oemar. 2011. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
Sumantri Mulyani. 1988. Kurikulum dan Pengajaran. DEPDIKBUD: Jakarta.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. PT Grafindo Persada: Jakarta.
Sukadinata, Nana. 2010. PENGEMBANGAN KURIKULUM: Teori dan Praktik. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
..............................Semoga Bermanfaat...........................................
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar