PERPUSTAKAAN DIGITAL
Makalah,
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Perpustakaan
Dosen Pengampu : Drs.
Haryanto
Oleh
Bayu Efka
Leigraha Noor 1102410017
Jaisar Isnan 1102410018
Resmitha Nindya
Viantari 1102410019
Aji Purnomo 1102410020
Abdul Hamid 1102410023
Nur Aeni 1102410024
KURIKULUM DAN
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2012
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Digital Library bisa dilihat dari berbagai
disiplin ilmu (multi dimensi) secara komprehensif menuju pada a knowledge
society. Knowledge society adalah salah satu pondasi dasar bagi
perkembangan suatu bangsa dan negara, dimana digital library adalah salah satu
instrumen untuk pertukaran pengetahuan atau informasi di suatu negara dan bangsa,
antar negara/bangsa. Knowledge Society sangat berbeda dengan masyarakat industri
(knowledge economy) yang bertujuan merubah masyarakat dari pemenuhan kebutuhan
dasar “ the basic need of all round development to empowerment”.
Knowledge Society ada dua
komponen driven by societal transformation and wealth generation seperti
: pendidikan, kesehatan, pertanian dan pemerintahan akan melahirkan generasi
dengan produktivitas tinggi. Knowledge Management adalah suatu proses
yang secara sistematis dari finding, selecting, organizing, distilling, and
presenting informasi, untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman secara
komprehensif pada area yang spesifik. Specific Knowledge Management aktivitas
terdiri dari bagaimana mengorganisasikan acquiring, storing, utilizing
knowledge for problem solving, dynamic learning, strategic planning and
decision making.
Knowledge Creation ada dua
yaitu : explicit dan tacit knowledge, explicit knowledge seperti:
buku, proseding, makalah/artikel, presentasi, notulen, catatan harian,dsb, sedangkan
tacit knowledge terdapat di masing-masing orang, sehingga perlu suatu cara
yang secara sistematis diamati, ditangkap atau mengamati/menangkap data/informasi
dari setiap individu dalam suatu organisasi yang ada untuk memecahkan masalah
yang dihadapi oleh suatu organisasi, sehingga perlu suatu mekanisme yang
sistematis untuk menangkap pengetahuan individu/perorangan, sedangkan Digital
Library sebagai komponen penting untuk menangkap explicit knowledge. Sehingga
perlu diperkuat Knowledge Management Grid dan the Central Digital Library
Data Center yang dilengkapi dengan the Comprehensive Virtual Digital Library
dan Knowledge Management System ke dalam suatu organisasi yang terhubung
dengan Internet.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana
definisi, peran, sejarah, dan perkembangan perpustakaan digital.
1.3 Tujuan
Pembaca
diharapkan mengetahui definisi, peran, sejarah, dan perkembangan perpustakaan
digital.
2.
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Perpustakaan Digital
Ada banyak definisi perpustakaan digital berdasarkan pendapat
para ahli atau beberapa lembaga. Di atas telah dicantumkan salah satunya yaitu,
definisi yang dibuat oleh Digital Library Federation. Berikut beberapa
definisi yang dirumuskan oleh lembaga/orang lain.
The Digital Library Initiatives menggambarkan
perpustakaan digital sebagai lingkungan yang bersama-sama memberi koleksi,
pelayanan, dan manusia untuk menunjang kreasi, diseminasi, penggunaan, dan
pelestarian data, informasi, dan pengetahuan.
William Saffady mendefinisikan perpustakaan digital secara
luas sebagai koleksi informasi yang dapat diproses melalui komputer atau
repositori untuk informasi-informasi semacam itu.
John Millard mendefinisikannya sebagai perpustakaan yang
berbeda dari sistem penelusuran informasi karena memiliki lebih banyak jenis
media, menyediakan pelayanan dan fungsi tambahan, termasuk tahap lain dalam
siklus informasi, dari pembuatan hingga penggunaan. Perpustakaan digital bisa
dianggap sebagai institusi informasi dalam bentuk baru atau sebagai perluasan
dari pelayanan perpustakaan yang sudah ada.
T.B. Rajashekar mendefinisikannya sebagai koleksi informasi
yang dikelola, yang memiliki pelayanan terkait, yang informasinya disimpan
dalam format digital dan dapat diakses melalui jaringan.
James Billington, pustakawan Library of Congress,
dalam Rogers (1994), melukiskan perpustakaan digital sebagai sebuah koalisi
dari institusi-institusi yang mengumpulkan koleksi-koleksinya yang khas secara
elektronik.
Drobnik dan Monch (dalam Nugroho, 2000) mendefinisikan
perpustakaan digital sebagai sekumpulan dokumen elektronik yang diorganisasikan
agar mudah ditemukan ulang dan dibaca.
Association of Research Libraries (ARL), 1995,
mendefinisikan perpustakaan digital sebagai berikut:
a. Perpustakaan
digital bukanlah kesatuan tunggal.
b. Perpustakaan
digital memerlukan teknologi untuk dapat menghubungkan ke berbagai sumberdaya.
c. Hubungan
antara berbagai perpustakaan digital dan layanan informasi bagi pemakai
bersifat transparan.
d. Akses
universal terhadap perpustakaan digital dan layanan informasi merupakan suatu
tujuan.
e. Koleksi-koleksi
perpustakaan digital tidak terbatas pada wakil dokumen; koleksi meluas sampai
artefak digital yang tidak dapat diwakili atau didistribusikan dalam format
tercetak.
Komariah Kartasasmita mendefinisikan perpustakaan digital
sebagai sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi yang
mendukung pemakai yang membutuhkan obyek informasi tersebut melalui perangkat
digital atau elektronik.
Romi Satria Wahono mendefinisikan perpustakaan digital
sebagai suatu perpustakaan yang menyimpan data baik itu buku (tulisan), gambar,
suara dalam bentuk file elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan
protokol elektronik melalui jaringan komputer. Menurutnya, istilah perpustakaan
digital memiliki pengertian yang sama dengan perpustakaan elektronik (electronic
library) dan perpustakaan maya (virtual library).
Sedangkan Perez dan Enrech berpendapat bahwa definisi yang
tepat dari perpustakaan maya (virtual library) diadaptasi dari visi
sebagai berikut: akses jarak jauh dari titik manapun di dunia ini menuju isi
perpustakaan dan segala jenis informasi, dengan menggunakan komputer.
Dari definisi-definisi di atas dapat diambil sintesa bahwa
perpustakaan digital adalah organisasi atau lingkungan yang mengelola koleksi
informasi berupa tulisan, gambar, dan suara dalam bentuk elektronik dan
memberikan pelayanan kepada pengguna melalui jaringan internet.
2.2
Tujuan Perpustakaan Digital
Sebagaimana yang diharapkan pada gagasan awal, perpustakaan
digital bertujuan untuk membuka akses seluas-luasnya terhadap informasi yang
sudah dipublikasikan. Tujuan perpustakaan digital menurut Association of
Research Libraries (ARL), 1995, adalah sebagai berikut:
a.
Untuk melancarkan
pengembangan yang sistematis tentang cara mengumpulkan, menyimpan, dan
mengorganisasi informasi dan pengetahuan dalam format digital.
b.
Untuk mengembangkan
pengiriman informasi yang hemat dan efisien di semua sektor.
c.
Untuk mendorong upaya
kerjasama yang sangat mempengaruhi investasi pada sumber-sumber penelitian dan
jaringan komunikasi.
d.
Untuk memperkuat
komunikasi dan kerjasama dalam penelitian, perdagangan, pemerintah, dan
lingkungan pendidikan.
e.
Untuk mengadakan peran
kepemimpinan internasional pada generasi berikutnya dan penyebaran pengetahuan
ke dalam wilayah strategis yang penting.
f.
Untuk memperbesar
kesempatan belajar sepanjang hayat.
2.3 Peran Perpustakaan Digital
Ismail Fahmi menjelaskan bahwa perpustakaan digital berperan
sebagai penyedia informasi, penyedia layanan informasi, atau pengguna informasi
dengan memanfaatkan jaringan dan teknologi digital. Namun bagaimana koleksi
digital itu dimanfaatkan, sangat tergantung dari bagaimana informasi tersebut
dibuat, diorganisasikan, dan disajikan.
Selain itu perpustakaan digital bukan hanya berkenaan dengan
manajemen pengetahuan (knowledge management) dan informasi. Arlinah
Raharjo menjelaskan bahwa perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi
mulai diharapkan untuk menjalankan peranan
yang lebih sebagai pendamping dalam proses pendidikan seumur hidup.
Tantangan bagi pustakawan adalah untuk memahami dan menentukan posisinya dalam
proses perubahan dan beralih dari pemikiran perpustakaan sebagai ruang fisik
semata ke suatu kenyataan baru perpustakaan sebagai organisasi yang harus
mengembangkan jenis layanan informasi digital.
2.4 Sejarah Pengembangan
Perpustakaan Digital
Gagasan yang muncul pertama kali sebagai dasar konsep
perpustakaan digital muncul pada bulan Juli tahun 1945 oleh Vannevar Bush.
Beliau mengeluhkan penyimpanan informasi manual yang menghambat akses terhadap
penelitian yang sudah dipublikasikan. Untuk itu, Bush mengajukan ide untuk
membuat catatan dan perpustakaan pribadi (untuk buku, rekaman/dokumentasi, dan
komunikasi) yang termekanisasi.
Selama dekade 1950-an dan 1960-an keterbukaan akses terhadap
koleksi perpustakaan terus diusahakan oleh peneliti, pustakawan, dan
pihak-pihak lain, tetapi teknologi yang ada belum cukup menunjang.
Pada awal 1980-an fungsi-fungsi perpustakaan telah diotomasi
melalui perangkat komputer, namun hanya pada lembaga-lembaga besar mengingat
biaya investasi yang tinggi. Misalnya pada Library of Congress di
Amerika yang telah mengimplementasikan sistem tampilan dokumen elektronik (electronic
document imaging systems) untuk kepentingan penelitian dan operasional
perpustakaan.Dari sudut pandang pengguna, komputer bukanlah bagian dari
fasilitas manajemen perpustakaan melainkan hanya pelayanan untuk digunakan staf
perpustakaan.
Pada awal 1990-an hampir seluruh fungsi perpustakaan
ditunjang dengan otomasi dalam jumlah dan cara tertentu. Fungsi-fungsi tersebut
antara lain pembuatan katalog, sirkulasi, peminjaman antar perpustakaan,
pengelolaan jurnal, penambahan koleksi, kontrol keuangan, manajemen koleksi
yang sudah ada, dan data pengguna. Dalam periode ini komunikasi data secara
elektronik dari satu perpustakaan ke perpustakaan lainnya semakin berkembang
dengan cepat.
Pada tahun 1994, Library of Congress mengeluarkan
rancangan National Digital Library dengan menggunakan tampilan dokumen
elektronik, penyimpanan dan penelusuran teks secara elektronik, dan teknologi
lainnya terhadap koleksi cetak dan non-cetak tertentu.
Selanjutnya pada September 1995, enam universitas di Amerika
diberi dana untuk melakukan proyek penelitian perpustakaan digital. Penelitian
yang didanai NSF/ARPA/NASA ini melibatkan peneliti dari berbagai bidang,
organisasi penerbit dan percetakan, perpustakaan-perpustakaan, dan pemerintah
Amerika sendiri. Proyek ini cukup berhasil dan menjadi dasar penelitian
perpustakaan digital di dunia.
2.5
Perubahan-perubahan
yang Terjadi pada Perpustakaan
Perpustakaan sebagai salah satu penyedia informasi yang
sangat penting kedudukannya dalam dunia informasi dan pendidikan harus dapat
menjawab tantangan di era informasi ini. Tantangan tersebut adalah bagaimana
menyalurkan informasi dengan cepat, tepat, dan global.
Untuk menjawab tantangan tersebut, perpustakaan pun melakukan
perubahan-perubahan. Perubahan pertama yang dilakukan adalah mekanisasi.
Mekanisasi pertama dilakukan dalam sistem administrasi khususnya katalog. Namun
katalog ini bukanlah katalog yang kita kenal sebagai OPAC (Online Public
Access Catalogue). Katalog ini hanya berupa daftar koleksi dan sumber
perpustakaan tanpa terhubung dengan catatan peminjaman atau sumber eksternal.
Perubahan selanjutnya adalah mengintegrasikan fungsi komputer
lebih jauh. Komputer selain berfungsi sebagai katalog elektronik, juga
berfungsi untuk menampilkan perkembangan aktivitas peminjaman sehingga pustakawan
dapat mengamati aktivitas peminjam secara detail guna memenuhi kebutuhan
pengguna.
Kemudian
perpustakaan mengadopsi otomasi yang merupakan buah dari pesatnya perkembangan
teknologi komputer dan network pada masa 1980-an hingga 1990-an. Selain
otomasi perpustakaan internal, teknologi komputer juga digunakan untuk
komunikasi antar perpustakaan secara terbatas karena faktor biaya.
Perkembangan selanjutnya adalah penggunaan Electronic Data
Interchange (EDI). EDI adalah pertukaran informasi bisnis antar komputer
yang menggunakan format standar tertentu. Penggunaan EDI pada perpustakaan sama
banyaknya dengan penggunaan EDI dalam dunia bisnis. EDI memungkinkan untuk
berbagi data secara lebih luas dalam bentuk peminjaman antar perpustakaan,
surat elektronik, pemesanan pinjaman secara elektronik, dan penyajian dokumen
secara elektronik.
Tidak ada satu perpustakaan pun yang menyimpan seluruh
informasi/terbitan, tapi pustakawan tetap harus berperan dalam menyediakan
akses demi mendapat informasi yang lengkap. Salah satu caranya adalah dengan
peminjaman antar perpustakaan. Dan sekarang ini lebih banyak perpustakaan yang
melakukan kerjasama melalui jalur elektronik untuk mendapat keuntungan bersama.
Konsep perpustakaan pun berubah dari user oriented menjadi user
satisfaction oriented, kecenderungan untuk memberikan kepuasan pengguna
lebih diutamakan.
2.6
Motif-motif yang
Mendasari Pengembangan Perpustakaan Digital
a. Pada
perpustakaan konvensional, akses terhadap dokumen terbatas pada kedekatan
fisik. Pengguna harus datang untuk mendapat dokumen yang diinginkan, atau
melalui jasa pos. Untuk mengatasi keterbatasan ini perpustakaan digital diharap
mampu untuk menyediakan akses cepat terhadap katalog dan bibliografi serta isi
buku, jurnal, dan koleksi perpustakan lainnya secara lengkap.
b. Melalui
komponen manajemen database, penyimpanan teks, sistem telusur, dan
tampilan dokumen elektronik, sistem perpustakaan digital diharap mampu mencari database
koleksi yang mengandung karakter tertentu, baik sebagai kata maupun sebagai
bagian kata. Di perpustakaan konvensional penelusuran seperti ini tidak mungkin
dilakukan.
c. Untuk
menyederhanakan perawatan dan kontrol harian atas koleksi perpustakaan.
d. Untuk
mengurangi bahkan menghilangkan tugas-tugas staf tertentu, misalnya menaruh
terbitan baru di rak, mengembalikan buku yang selesai dipinjam ke rak, dan
lain-lain.
e. Untuk
mengurangi penggunaan ruangan yang semakin terbatas dan mahal.
2.7 Masalah dan Isu-Isu Mengenai Perpustakaan Digital
Pengembangan perpustakaan digital bukan tidak mengalami
hambatan. Ada beberapa hal yang menjadi bahan perhatian, yaitu:
a. Kemampuan
dan penentuan biaya. Seperti halnya dengan inovasi lain yang membutuhkan suatu
investasi, begitu pun perpustakaan digital. Apalagi infrastruktur komputer
masih membutuhkan biaya yang besar.
b. Masalah
hak cipta yang terbagi dua: hak cipta pada dokumen yang didigitalkan dan hak
cipta pada dokumen di communication network. Di dalam hukum hak cipta
masalah transfer dokumen lewat jaringan komputer belum didefinisikan dengan
jelas.
c. Masalah
mendigitalkan dokumen. Yaitu bagaimana mendigitalkan dokumen dan jenis
penyimpanan digital dokumen, baik berupa full text maupun page image.
d. Masalah
penarikan biaya. Hal ini menjadi masalah terutama untuk perpustakaan digital
swasta yang menarik biaya atas setiap dokumen yang diakses. Penelitian di
bidang ini banyak mengarah ke pembuatan sistem deteksi pengaksesan dokumen atau
pun upaya mewujudkan electronic money.
3.
SIMPULAN
Digital Library bisa dilihat dari berbagai
disiplin ilmu (multi dimensi) secara komprehensif menuju pada a knowledge
society. Knowledge society adalah salah satu pondasi dasar bagi
perkembangan suatu bangsa dan negara, dimana digital library adalah salah satu
instrumen untuk pertukaran pengetahuan atau informasi di suatu negara dan
bangsa, antar negara/bangsa. Knowledge Society sangat berbeda dengan
masyarakat industri (knowledge economy) yang bertujuan merubah
masyarakat dari pemenuhan kebutuhan dasar “ the basic need of all round
development to empowerment”.
Referensi:
Kahn, R. E., & Cerf, V. G.
(1988). The Digital Library Project Volume I: The World of Knowbots, (DRAFT):
An Open Architecture For a Digital Library System and a Plan For Its
Development. Reston, VA: Corporation for National Research Initiatives.
Dari
Internet:
posted by Rita Kurniawati
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar