PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN HASIL PEMBELAJARAN


A.    Pengertian Sumber Belajar

Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar adalah semua sumber ( baik berupa data, orang atau benda ) yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas ( kemudahan ) belajar bagi siswa. Sumber belajar itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan / latar. Sedangkan menurut Dirjen Dikti (1983: 12), sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu.

Ditinjau dari asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, antara lain :
  1.  sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran.
Contoh : buku pelajaran, modul, program audio, transparansi (OHT).
  1. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan ( learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contoh : pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk, museum, film, sawah, terminal, surat kabar, siaran televisi, dan sebagainya.
 
B.     Perlunya Pemanfaatan Sumber Belajar

Sebagaimana kita ketahui dunia pendidikan semakin berkembang dengan pesat. Hal tersebut memunculkan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan agar lebih maju. Sehingga diharapkan mampu dan memiliki daya saing yang tinggi, serta memiliki kompetensi yang berkualitas untuk dapat menghadapi tantangan global. Hal ini tentunya tak lepas dari adanya sumber belajar.

Dengan adanya sumber belajar dapat menunjang kualitas pendidikan. Sumber belajar sangat diperlukan oleh berbagai pihak, tanpa adanya sumber belajar, kita tak mampu untuk mengetahui dan mendapatkan pengetahuan yang lebih mendetail. Dengan demikian, adanya pemanfaatan sumber belajar sangat diperlukan, karena dapat menambah wawasan yang lebih mendalam.


C.    Perkembangan Sumber Belajar
1.      Sumber Belajar Praguru
Pada zaman praguru, sumber belajar utamanya adalah orang dalam lingkungan keluarga atau kelompok karena sumber belajar lainnya dianggap belum ada atau masih sangat langka (Sadiman, 1989: 143). Bentuk benda yang digunakan sebagai sumber belajar antara lain : batu-batu, debu, daun-daunan, kulit pohon, kulit binatang dan kulit karang. Isi pesan itu sendiri ada yang disajikan dengan isyarat verbal dan ada yang menggunakan tulisan. Perbedaan ini terletak pada tingkat kemajuan peradaban masing-masing suku bangsa itu sendiri. Sumber belajar jumlahnya langka, sedangkan pencari pengetahuan jumlahnya lebih banyak, maka pengetahuan diperoleh dengan coba-coba sendiri. Oleh sebab itu kondisi pendidikan masih sederhana dan berada di bawah kontrol keluarga dan anggota masyarakat, pendidikan masih tertutup, rumusan tujuan pembelajaran tidak dirumuskan dalam kurikulum. Sehingga tidak ada keteraturan isi pembelajaran.

2.      Lahirnya Guru sebagai Sumber Belajar Utama
Pendidikan pada zaman praguru tahap demi tahap berubah. Akibat perubahan itu terjadi pula perubahan pada sistem pendidikan dan pada kondisi sumber belajar komponen lainnya dari sistem tersebut. Dengan demikian terjadi perubahan pada cara pengelolaan, isi ajaran, peranan orang, teknik yang digunakan, desain pemilihan bahan, namun demikian sumber belajar masih sangat terbatas, sehingga kedudukan orang merupakan belajar utama. Proses belajar tidak lagi ditangani oleh anggota keluarga, tetapi sudah diserahkan kepada orang tertentu. Orang yang menangani secara khusus tentang pendidikan disebut Guru dibantu dengan sumber belajar penunjang yang berbentuk masih sederhana dan jumlahnya terbatas sekali. Oleh sebab itu kelancaran Proses Instruksional dan Kualitas pendidikan sangat bergantung pada kualitas guru. Adapun kelebihan guru dihormati dan kedudukannya tinggi sehingga menentukan keberhasilan pembelajaran. Di sisi lain, kelemahannya jumlah siswa yang dapat dididik masih terbatas dan tugas guru sangat berat.

3.        Sumber Belajar Dalam Bentuk Cetak
Adanya perkembangan industri yang cepat, pada akhirnya dapat diproduksi peralatan dan bahan yang jumlahnya besar. Dengan diketemukannya alat cetak, maka lahirlah sumber belajar baru yang berbentuk cetak lainnya yang belum pernah ada sebelumnya. Konsekuensi ditemukannya sumber belajar tersebut adalah terjadinya perubahan tugas dan peranan guru dalam pembelajaran. Semula guru merupakan sumber belajar utama yang mempunyai tugas sangat berat, dengan lahirnya sumber belajar cetak maka tugas guru menjadi ringan. Contoh sumber belajar cetak adalah: buku, komik, majalah, koran, panplet. Dengan lahirnya sumber belajar cetak ini, maka isi pembelajaran dapat diperbanyak dengan cepat dan disebarkan ke berbagai pihak dengan mudah, sehingga merupakan kejutan baru dalam sistem instruksional pada saat itu.

4.      Sumber Belajar yang Berasal dari Teknologi Komunikasi
Dengan ditemukannya berbagai alat dan bahan (hardware dan software) pada abad 17 memberikan efek yang sangat besar terhadap sistem pendidikan secara keseluruhan. Dengan adanya istilah teknologi dalam pendidikan yang pada akhir Perang Dunia  mulai II berubah menjadi ilmu baru yang disebut teknologi pendidikan dan teknologi instruksional. Pengertian teknologi dalam pendidikan populer dengan istilah audio visual, yakni pemanfaatan bahan-bahan audio visual dan berbentuk kombinasi lainnya dalam sistem pendidikan.

Pada akhir Perang Dunia II mulai timbul suatu kecendrungan baru dalam bidang audiovisual kearah dua kerangka konseptual baru yang paralel, yaitu teori komunikasi dan konsep sistem (AECT, 1977). Karena pengaruh-pengaruh ilmu sosial seperti: psikologi, sosiologi, komunikasi, teori belajar, maka cara mendesain sumber belajar lebih terarah, lebih spesipik dan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Sumber belajar seperti ini lebih populer dengan istilah media instruksional. Misalnya: program televisi pendidikan, program radio pendidikan, film pendidikan, slide pendidikan, komputer pendidikan dan lain-lain. Keempat perkembangan sejarah sumber belajar ini oleh Eric Ashby dalam Sadiman (1989), disebut sebagai empat perkembangan keajaiban yang terjadi dalam dunia pendidikan sehingga dianggap sebagai revolusi pendidikan.


D.    Jenis – Jenis Sumber Belajar

Adapun jenis – jenis sumber belajar, antara lain :

a.      Media
Ada hubungan historis antara Media dengan Teknologi Pembelajaran. Meskipun istilah media sangat populer dan jelas, namun demikian mempunyai pengertian yang membatasi keseluruhan konsep sumber belajar. Pembatasan ini merupakan hasil dari pemberian konotasi yang terlalu ambisius terhadap istilah (AECT, 1977). Kecakupan ini menghasilkan istilah-istilah seperti pembelajaran non manusia, pembelajaran melalui media, yang tidak mencakup pembelajaran melalui perantaraan orang. Menggunakan istilah sumber belajar dan komponen instruksional dengan memasukkan orang sebagai salah satu kelompok sumber belajar (atau komponen) memperjelas ungkapan ini.

b.   Pesan
Ajaran / informasi yang akan disampaikan oleh komponen pesan, antara lain : dapat berbentuk ide, fakta, makna, dan data.

c.       Bahan
Barang-barang ( lazim disebut media atau perangkat lunak / software ) yang biasanya berisi pesan untuk disampaikan dengan menggunakan peralatan. Kadang-kadang bahan itu sendiri sudah merupakan bentuk penyajian.
Contoh : Buku teks, majalah, video, tape recorder, pembelajaran terprogram, film.

d.      Alat
Barang-barang ( lazim disebut perangkat keras / hardware ) digunakan untuk menyampaikan pesan yang terdapat dalam bahan.
Contoh : OHP, proyektor film,tape recorder, video, pesawat TV, pesawat radio.

e.         Teknik
Teknik merupakan prosedur atau langkah-langkah tertentu dalam menggunakan bahan, alat, tata tempat dan orang untuk menyampaikan pesan. Contoh : Simulasi, permainan, studi lapangan, metode bertanya, pembelajaran individual, pembelajaran kelompok ceramah, diskusi

f.       Latar
Lingkungan dimana pesan diterima oleh peserta didik. Lingkungan fisik dapat berupa gedung sekolah, perpustakaan, pusat sarana belajar, studio, museum, taman, peninggalan sejarah, lingkungan non fisik, penerangan, sirkulasi udara.
E.     Fungsi Sumber Belajar

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, maka diperlukan adanya sumber belajar. Dalam hal ini sumber belajar memiliki beberapa fungsi yang dikemukakan oleh Hanafi (1983: 4-6), antara lain:
a. Meningkatkan produktifitas pendidikan, yaitu dengan jalan:
(1) Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik.
(2) Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah peserta didik.
b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan:
(1) Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional.
(2) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan kemampuannya.
c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan jalan:
(1) Perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis.
(2) Pengembangan bahan pelajaran yang dilandasi penelitian.
d. Lebih memantapkan pembelajaran dengan jalan
(1) Meningkatkan kemampuan manusia dalam penggunaan berbagai media komunikasi
(2) Penyajian data dan informasi secara lebih konkrit.
e. Memungkinkan belajar secara seketika, karena dapat mengurangi jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkret serta memberikan pengetahuan yang bersifat langsung.
f. Memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas, terutama dengan adanya media massa, dengan jalan:
(1) Pemanfaatan secara bersama lebih luas tenaga atau kejadian yang langka.
(2) Penyajian informasi yang mampu menembus geografis.


F. Peranan Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran

Sumber belajar mempunyai peran yang sangat erat dengan pembelajaran yang dilakukan. Adapun peranan tersebut dalam pembelajaran, antara lain :
a. Peranan sumber belajar dalam pembelajaran Individual.
Pola komunikasi dalam belajar individual sangat dipengaruhi oleh peranan sumber belajar yang dimanfaatkan dalam proses belajar. Titik berat pembelajaran individual adalah pada peserta didik, sedang guru mempunyai peranan sebagai penunjang atau fasilitator. Sehingga peranan sumber belajar sangat diperlukan.

b. Peranan Sumber Belajar dalam Belajar Klasikal
Pola komunikasi dalam belajar klasikal yang dipergunakan adalah komunikasi langsung antara guru dengan peserta didik. Hasil belajar sangat tergantung oleh kualitas guru, karena guru merupakan sumber belajar utama. Sumber lain seolah-olah tidak ada peranannya sama sekali, karena frekuensi belajar didominari interaksinya dengan guru.
c. Peranan Sumber Belajar dalam Belajar Kelompok
Pola komunikasi dalam belajar kelompok, menurut Derek Rowntere dalam bukunya Educational Technologi in Curriculum Development (1982), menyajikan dua pola komunikasi yang secara umum ditetapkan dalam belajar, yaitu pola:
(1). Buzz sessions (diskusi singkat) adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik untuk didiskusikan singkat sambil jalan. Sumber belajar yang digunakan adalah materi yang digunakan sebelumnya.
(2). Controllet discussion (diskusi dibawah kontrol guru), sumber belajarnya antara lain adalah bab dari suatu buku, materi dari program audio visual, atau masalah dalam praktek laboratorium
(3) Tutorial adalah belajar dengan guru pembimbing, sumber belajarnya adalah masalah yang ditemui dalam belajar, harian, bentuknya dapat bab dari buku, topik masalah dan tujuan instruksional tertentu.
(4) Team project (tim proyek) adalah suatu pendekatan kerjasama antar anggota kelompok dengan cara mengenai suatu proyek oleh tim.
(5)  Simulasi (persentasi untuk menggambarkan keadaan yang sesungguhnya)
(6)  Micro teaching, (proyek pembelajaran yang direkam dengan video)
(7) Self helf group (kelompok swamandiri).

 
 
 
Daftar Pustaka :

AECT. 1977. Selecting Media for Learning. Washington DC: Association for Education Communication and Technology.
Arif Sadiman, S, Raharjo, R, Anung Haryono. 1986. Media Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.
Barbara B. Seels, Rita C. Richey. 1994. Instructional Technology: The definition and Domains of the Field. Washington, DC: Associations and Technology.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983. Teknologi Instruksional. Jakarta: Ditjen Dikti, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.
Gagne, R.M., & Briggs, L.J., 1979. Principles of Instructional Design, New York: Holt, Renerhart and Winston.
Henry & Perceval, Elington, Fred. 1984. A Handbook of Educational technology. London: Kogan Page Ltd. Pentoville Road.
Regeluth, C.M. 1983. Instructional Design Theories and Models: An Overview f their Current Status. Hillsdale, N.J: Lawrence Erlbaum Associates, 3-36.
Suthardhi, SD. 1981. “Pemanfaatan Alam Sekitar sebagai Sumber Belajar Anak”. Analisis Pendidikan. Depdikbud. Jakarta Tahun II. (1) 146-159.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar

Sharing Education