Konsep tentang pengukuran, penilaian, assesment, evaluasi, dan tes

Pengukuran, penilaian, assesment, evaluasi, dan tes merupakan istilah-istilah yang bersifat hierarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assesment), sedangkan penilaian didahului oleh pengukuran. Dengan demikian, antara pengukuran, penilaian, assesment, evaluasi, dan tes saling berkaitan erat satu dengan lainnya.
1.    Konsep pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerakan angka menurut sistem aturan tertentu (Kerlinger, 1996:687). Hopkins dan Antes mendefinisikan pengukuran sebagai pemberian angka pada atribut dari objek, orang atau kejadian yang dilakukan untuk menunjukkan perbedaan dalam jumlah (Hopkins dan Antes, 1979:10). Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto, bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior”.
Dengan demikian, pengukuran adalah membandingkan sesuatu  dengan sesuatu  yang lain yang dianggap sebagai patokan.  Jadi, dalam pengukuran terdapat dua faktor utama yaitu perbandingan dan patokan (standar).
2.    Konsep penilaian
Penilaian merupakan istilah yang umum dan mencakup semua metode yang biasa dipakai untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok. Pengertian penilaian lebih ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek yang dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik, Sedang, Jelek. Seperti juga halnya, dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) “The assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain established rules”
Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)  peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Pada dasarnya, penilaian hasil belajar adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
3.    Konsep assesment
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Di sisi lain, Kumano (2001) menyatakan bahwa assesment sebagai “The process of collengting data which shows the development of learning”. Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu, maka Popham (1995) menyatakan bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan.
Pada hakekatnya, Resnick (1985) menyatakan bahwa asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.
Gabel (1993:388-390) mengkategorikan asesmen kedalam dua kelompok besar, yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Adapun asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu, yang tergolong kedalam asesmen alternatif (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), pertofolio, observasi, diskusi dan interviu (wawancara).
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Namun, meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan. Oleh karena itu, asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa saja akan tetapi juga kemajuan belajar siswa.

4.    Konsep evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Brinkerhoff (1986:ix) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Sementara itu, Stufflebeam et.al 1971 mengatakan bahwa evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya bahwa, evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.
Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai "setiap usaha atau proses dalam menentukan nilai". Secara khusus evaluasi atau penilaian juga diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan. Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan pembelajaran.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya.

5.    Konsep tes
Tes merupakan bagian tersempit dari penilaian. Menurut Djemari (2008:67) menyatakan bahwa tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1998: 29).
Dengan demikian, tes adalah sekumpulan butir yang merupakan sampel dari populasi butir mengukur perilaku tertentu baik berupa keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, bakat dan sebagainya dimana dalam penyelenggaraannya siswa didorong untuk memberikan penampilan maksimalnya.  Adapun bentuk tes yang digunakan dilembaga pendidikan dilihat dari sistem penskorannya dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a.    Tes objektif, bahwa siapa saja yang memeriksa lembaran jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Skor tes ditentukan oleh jawaban yang diberikan oleh peserta tes.
b.    Tes subjektif, yaitu tes yang penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Jawaban yang sama akan memiliki nilai yang berbeda oleh pemberi skor yang berlainan.


Sumber Referensi :
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Eko Putro Widoyoko. 2011. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Pelajar.
Rahmat Ha Pe. 2011. Syarat-Syarat Alat Ukur Hasil Belajar. Diunduh tanggal 30 Maret 2012 dari www.blog-indonesia.com
Salsabilla, Farri. 2011. Pengertian dan Konsep Penilaian, Evaluasi, dan Assessment.  Diunduh tanggal 30 Maret 2012 dari http://faesalsabilla.blogspot.com/
Sulaeman. 2011. Evaluasi PAN dan PAP. Diunduh tanggal 30 Maret 2012 dari http://sulaemaneman.blogspot.com/
Anonim. 2011. Prinsip Dasar, Tujuan, Fungsi, Teknik, Prosedur Evaluasi Pendidikan. Diunduh tanggal 30 Maret 2012 dari http://sylvie.edublog.org.
Anonim. 2011. Evaluasi, Pengukuran, Tes, dan Penilaian (Tujuan, Pendekatan, dan Ruang Lingkupnya).  Diunduh tanggal 30 Maret 2012 dari www.wikiberita.net.

created by Rita Kurniawati


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

1 komentar:

  1. Unknown Says:

    thanks sharing... semoga Allah s.w.t mmberkati ilmu ini

    Posted on 14 Mei 2016 pukul 12.32  

Posting Komentar

Sharing Education